Wednesday, December 15, 2010

Hasrat

sesaat hasrat datang bertandang
hanya kata merangkai hati
terapung naik hilang terbang
sayang asmara lenyap di balik tirai

halus lembut membalut kalbu
berdendang sayu alunan senja
sentuh jiwa semakin sendu
sepi hati berharap permata

rindu rasa bersemayam dipuncak lamunan
tersenyum sukma terpijar cahaya
bersama rembulan memburu angan
haru indah termangu hati bertanya
_________________________________________________
Bogor, 25 Juni 2001

Tiga Dewi

malam begitu perlahan berlalu
jiwa asmara larut bersenandung
bintang beribu bintang kupandangi
tiga dewi tersenyum padaku
namun terlanjur sudah
nafasku terluka
_________________________________________________
Bogor, 31 Maret 2002

Tuesday, November 23, 2010

Umbaran Jiwa

ketika urat syaraf terputus
revolusi hati semakin jelas
relevansinya dalam kehidupan malam
ada jiwa yang terbakar
membara segala hasrat-hasrat
semua terkotak-kotak dalam hati
terpeta dalam otak
terjebak pada waktu
lalu disumbangkannya perasaan-perasaan
perasaan yang menang, ngotot dan pasrah
bersatu dalam umbaran paradigma
ilustrasinya dialamatkan
pada menikmat malam dini hari
untuk jiwa-jiwa yang sepi

Friday, November 19, 2010

Pelacur Said

i love you Abang
datang ke sini lagi ya Bang
bawa duit yang banyak buat Neng
nanti di-service yang lebih oke lagi lho Bang
Neng dah mulai cinta sama Abang nih
pasti ntar Neng kangen banget sama Abang
Neng tunggu ya bang malem minggu depan

Kita Jazz & Syaharani

"……Jadi ceritanya tentang Jazz lagi… kalau Jazz ya Syaharani

Jazz lagi, jazz lagi, aku lagi, kamu lagi, eh aku lagi, eh kamu

eh dia juga, eh dia lagi, eh dia lagi, masih dia juga, aku, kamu

dia, eh kalian juga tau, jadi kalian lagi, eh dia lagi deh……..

ya udah kita aja…. eh tunggu…tunggu…. jazz lagi nih….

tuh kan jazz lagi…. berarti ada Syaharani dong…

ada aku, ada kamu, ada dia juga sih… ya udah deh kita aja.

Kita Jazz….."

Djakarta Ketika Djingga

: Agaknya aku mulai berani menulis "Djingga" di Djakarta

mulai hari ini semua tentang Djingga pasti kucairkan seperti warna biasa yang ada di semesta ini supaya langit sore di Djakarta ini bisa ku pendarkan pada batasnya

kalau kemaren aku tak mampu bermain ditemaram rembulan setelah Djingga, sekarang aku mau bermain bersama warna yang lain karena luas kebodohan tak kan pernah ada batasnya seperti langit senja sebelum malam

selama ini aku juga tidak pernah cerita kepada langit biru karena derai canda tawa itu pendek apalagi senyum manis matahari Djingga tak pernah bisa nanar pada celah-celah langit di sore hari yang biasa aku lewati

sekarang aku lagi ingat cerita itu pernah melewati garis cakrawala di sore ini karena romantis itu melirik malu-malu, beradu tatapan dan tertunduk lalu tersenyum hangat dan kemudian terbahak-bahak bersama dan ketika kita sadari itu kita kembali terdiam

sepanjang Djingga merona dan selama waktu jatuhnya senja di Djakarta, aku akan menyambut malam dengan kerendahan yang bersahaja

sore ini senja seperti biasa, Djingga juga biasa dan aku di Djakarta, hari ini tanggal tujuh bulan agustus tahun dua ribu delapan

Tuesday, November 9, 2010

Semalam....

semalam
aku mencium aroma wangi tubuhmu
hingga terpejam mengingat gairahmu
penuh kehangatan liar namun terkendali
binal
nakal
ku jengkali setiap jengkal
semalam
semalaman
aku terenyuh merasai manisnya liurmu
menjadi jadi saat rahasiamu kusentuh
semalam sampai pagi
cinta berbalut sehelai sarung nan menghangatkan
tanpa ragu-ragu

semalam
tak ada apa-apa

Wednesday, November 3, 2010

SEPANJANG JALAN ITU dan waktu ini

Tentang rindu yang rindu sendu
Kamu meminta maaf mengakuinya
Aku terlara dengar pengakuanmu
Apa berharap?
Ternyata kita memendam rasa sama
Cuma malu mengakui saja waktu itu
Kamu kira bukan bertipe aku
Aku kira bukan bertipe kamu
Dengan deras akubertanya manja
Bisu membeku dan sendu kini
Kita terlambat mengakui waktu ini
_______________________________________
Ditulis di Jakarta, 21 April 2008

Setelah Ini

Apa iya aku harus tak menyentuh jingga lagi?
Sedangkan langit cerah membias cahaya

Waktu itu terus berlalu, semua saling merindukan
Semuanya punya rindu yang sama, kita tahu itu
Setangkup rindu punyaku itu harus diapakan?
apa harus kusimpan?
apa mungkin aku sisakan buat jingga saja?
apa iya jingga mau ku bagi?

Bagaimana setangkup rindu punyamu?
kamu rela membaginya untukku

Lantas dengannya?

Sesaat saja bisa kuresapi waktu yang terus berlalu
aku tak pernah lelah berada didalam waktu itu
ceritanya saja seharum nafasnya

Apa iya aku harus tak menyentuh jingga lagi?
Tapi rasanya aku tak biasa bila tak meronakan jingga
Itu hanya jika kamu benar-benar mengerti aku

hmm....Jika kamu mengerti aku......
_______________________________________
Ditulis di Bogor, 21 April 2007

DAN TERNYATA TERTUNDA SAJA

seiring sejalan simponi ada dua siluet bersatu di tepian pantai
dua tubuh berangkulan bersiluet kala jingga merona senja
tak mudah semudah angan-angan yang sederhana difantasi ternyata

disisi lain kala siluet itu ada harmonisasi nuansa biru
dua irama dalam nada tritonis berbaur harmoni
nada-nada yang indah, nada-nada cinta diantara nyiur

adalah harmonisasi yang ternyata menyatu bersatu
nian kian berpacu dalam segenap angan sementara saja
sekedar rindu ombak pada bibir pantainya lalu pergi lagi dan lagi

dan ketika sekarang yang tersisa potret siluet berbingkai mesra
hanya tertunda sejenak menunggu waktu yang pasti datang
diiringi harmonisasi saling merindukan, melupakan

ternyata dan ternyata waktu terus menyibak putih pasir
diantara rindu yang akan terlupakan mulai sekarang
tentang keyakinan yang samar wujudnya... ternyata.
_______________________________________
Ditulis di Jatinangor, 19 April 2008

ku Tahu Itu kamu

Kata hati ini menuntunku menatap senja
Di senja itu ada jingga yang samar tersenyum
Cuma aku heran pada senyum itu bisa membuatku gelisah
Senyum itu selalu menyapaku, anganku dikedalaman hati
Seolah nyata adanya dengan beribu fenomenanya

Jiwa ini bimbang saat cakrawala senja itu mulai menghilang
Jingga di senja itu cuma bisa menyisakan penatnya rindu
Padahal aku ingin tetap menatapnya sampai pagi

Sesore hari setelah itu senja selalu kutunggu
Ia datang dan tersenyum padaku lagi, lagi
Namun senyumnya tetap saja berada dibalik cakrawala
Itu membuatku berfikir memecahkan rasiaMu
Lagi-lagi senja itu mulai menghilang kala kutatap jingganya

Aku tahu kamu datang lagi
Aku tunggu kamu

Jingga
Jingga jangan lari dariku kalau ku tahu itu kamu
Sedari itu aku mulai sadar kalau itu kamu
yang selalu tersenyum menatapku dari balik cakrawala senja
tunggu aku jingga, Aku tahu itu kamu
_______________________________________
Ditulis di Jakarta, 12 Juni 2007

Aku Memintamu

Apa bisa kamu bertahan ditengah badai ?
sedangkan kamu sendiri tanpa bantuan
bahkan tak menceritakan badai itu
Setidaknya cerita itu meresonansi
dan aku helakan nafas risau kecemasanku

Apa kamu tahu risauku kecemasanku untukmu ?
atas peduliku kamu dalam lubuk hati
lagu jiwa ini menerawang bahana asmara
kamu buat semua sempurna, jadi baik, & lebih baik
resonansinya sampai melenakan

Apa mungkin kamu tersenyum mendengar aku ?
untuk cerita di kedalaman pintaku
ada arti hidup kutemui dari kasihmu
dan aku punya cinta yang kamu inginkan
atau kamu malah tersipu malu mendengar nadaku

Apa kamu masih menunggu aku di sisi malammu ?
untuk sebuah kecupan hangat dikeningmu
ketika aku yang jauh tidak bisa meredakan rindumu
bila malam itu sampai pagi aku tak datang
apa kamu masih mau menungguku ??

Aku, Mataharimu
_______________________________________
Ditulis di Jakarta, April 2007

(DiA) Selaras Senja Sore Tadi

Hatiku basah,
layaknya hujan mengguyur tubuhku senja tadi
Tapi kenyataannya,
cinta ini tak luntur
Dia luber saat seperti aku marah padanya
____________________________________________
Ditulis di Bogor, 19 Februari 2005

Friday, October 29, 2010

Cinta Telanjang

Jadi sekarang cinta kita kau buang kemana?
cinta telanjang, apapun itu aku tak pernah
menyimpannya dihati
cinta itu dulu hampir berbekas,
untung aku tak terluka
dan masih nyenyak tidur tanpa kharisma itu
apa kamu tahu sekarang?
cinta yang kita punya cinta telanjang
cinta telanjang bagaimanapun itu
aku tak mau menaruhnya dihati
asmara, asmara hasrat telanjang
lirikan asmara itu harusnya aku tahu
itu cikal semilir cinta telanjang
Cinta telanjang, cinta itu punyamu
“bukan kita”
____________________________________________
Ditulis di Bandung pada tanggal 3 Maret 2007

Thursday, October 28, 2010

Hampiri Aku

hampiri aku, nyatakan cintamu
kita larutkan saja semua rasa
kita lakukan apa yang kita mau
jangan peduli asal tetap sunyi
kita senyum saja pada mereka
mereka juga tahu kita siapa

Ketika Pelacur Menulis

menulis itu bukan sebuah perselingkuhan
tapi mengejek dengan kata-kata tanpa berlari
ya sama saja seperti telinga mendengar,
mata melihat atau hidung yang mendengus.
menulis itu seperti melacur dan menjilat
menjadi hina tanpa angan dan rasa bersalah.